studentsite

Senin, 27 Oktober 2014

Bangunan Ekologi ,Vernakular dan Budaya Setempat



 Definisi Ekologi
Istilah ekologi pertama kali diperkenalkan oleh Emst Haeckel, ahli dari ilmu hewan pada tahun 1869 sebagai ilmu interaksi dari segala jenis makhluk hidup dan lingkungan. Ekologi adalah ilmu yang mempelajari antara organisme dengan suatu lingkungan dan lainnya. Ekologi berasal dari bahasa yunani yang berarti “oikos” (Habitat) dan “Logos (Ilmu).
Ekologi juga dapat diartikan sebagai Ilmu yang mempelajari interaksi antar makhluk hidup ataupun makhluk hidup dengan lingkungannya berada.  (Frick Heinz, Dasar-dasar Ekoarsitektur, 1998).
Di daalam ekologi, makhluk hidup juga dipelajari sebagai kesatuan atau sistem dengan lingkungannya. Ekologi pertama kali dikemukakan oleh Ernst Haeckel (1834 – 1914).
Ekologi dan Arsitektur
Arsitektur dan ekologis sangat erat sebagaimana memanfaatkan potensi alam sebaik mungkin guna menciptakan desain go green.
berikut keterikatan antara pola perencanaan Arsitektur dengan ekologis :
1. Dinding. Dinding suatu bangunan harus melindungi dari panas di luar, guna dinding yaitu untuk menyerap panas agar tidak masuk ke dalam rumah hunian. dan bangunan yang menyerap udara alami dengan udara segar dapat menghemat energi.
2. Atap. Fungsi atap disini sangat vital. karena atap menyerap sinar matahari langsung agar tidak masuk ke dalam rumah. begitupun Hujan,angin, dan lain-lain.
3. Bangunan sedapat mungkin diarahkan menurut orientasi Timur-Barat dengan bagian Utara-Selatan menerima cahaya alam tanpa kesilauan dan Intensitas cahaya yang baik menghasilkan energi baik yang terkandung dalam bahan bangunan yang digunakan saat pembangunan harus seminal mungkin.
Arsitektur yang ekologis akan tercipta apabila dalam proses berarsitektur menggunakan pendekatan desain yang ekologis (alam sebagai basis desain). Proses pendekatan desain arsitektur yang menggabungkan alam dengan teknologi, menggunakan alam sebagai basis design, strategi konservasi, perbaikan lingkungan, dan bisa diterapkan pada semua tingkatan dan skala untuk menghasilkan suatu bentuk bangunan, lansekap, permukiman dan kota yang revolusioner dengan menerapkan teknologi dalam perancangannya. Perwujudan dari desain ekologi arsitektur adalah bangunan yang berwawasan lingkungan yang sering disebut dengan green building.
Description: http://ridozah.files.wordpress.com/2012/11/water-purification-skyscraper-2.jpg?w=1000&h=500
A.         Prinsip-prinsip ekologi sering berpengaruh terhadap arsitektur (Batel Dinur, Interweaving Architecture and Ecology – A theoritical Perspective). Adapun prinsip-prinsip ekologi tersebut antara lain:
a. Flutuation
Prinsip fluktuasi menyatakan bahwa bangunan didisain dan dirasakan sebagai tempat membedakan budaya dan hubungan proses alami. Bangunan seharusnya mencerminkan hubungan proses alami yang terjadi di lokasi dan lebih dari pada itu membiarkan suatu proses dianggap sebagai proses dan bukan sebagai penyajian dari proses, lebihnya lagi akan berhasil dalam menghubungkan orang-orang dengan kenyataan pada lokasi tersebut.
b. Stratification
Prinsip stratifikasi menyatakan bahwa organisasi bangunan seharusnya muncul keluar dari interaksi perbedaan bagian-bagian dan tingkat-tingkat. Semacam organisasi yang membiarkan kompleksitas untuk diatur secara terpadu.
c. Interdependence (saling ketergantungan)
Menyatakan bahwa hubungan antara bangunan dengan bagiannya adalah hubungan timbal balik. Peninjau (perancang dan pemakai) seperti halnya lokasi tidak dapat dipisahkan dari bagian bangunan, saling ketergantungan antara bangunan dan bagian-bagiannya berkelanjutan sepanjang umur bangunan.
Pola Perencanaan Eko-Arsitektur selalu memnfaatkan alam sebagai berikut :
  • Dinding, atap sebuah gedung sesuai dengan tugasnya, harus melidungi sinar panas, angin dan hujan.
  • Intensitas energi baik yang terkandung dalam bahan bangunan yang digunakan saat pembangunan harus seminal mungkin.
  • Bangunan sedapat mungkin diarahkan menurut orientasi Timur-Barat dengan bagian Utara-Selatan menerima cahaya alam tanpa kesilauan
  • Dinding suatu bangunan harus dapat memberi perlindungan terhadap panas. Daya serap panas dan tebalnya dinding sesuai dengan kebutuhan iklim/ suhu ruang di dalamnya. Bangunan yang memperhatikan penyegaran udara secara alami bisa menghemat banyak energi.
B.    Dasar – Dasar Ekologi Arsitektur
Dalam eko-arsitektur terdapat dasar-dasar pemikiran yang perlu diketahui, antara lain.
1. Holistik
Dasar eko-arsitektur yang berhubungan dengan sistem keseluruhan, sebagai satu kesatuan yang lebih penting dari pada sekedar kumpulan bagian.
2.   Memanfaatkan pengalaman manusia
Hal ini merupakan tradisi dalam membangun dan merupakan pengalaman lingkungan alam terhadap manusia.
3.      Pembangunan sebagai proses dan bukan sebagai kenyataan tertentu yang statis.
4.      Kerja sama antara manusia dengan alam sekitarnya demi keselamatan kedua belah pihak.
Description: https://html1-f.scribdassets.com/7bksw1xbgg31bhkh/images/4-f1b2092219.jpg
Contoh bangunan
GREEN SCHOOL BALI

Green School Bali ini berada di Desa Sibang Kaja yang berlokasi 30 Km dari Kota Denpasar. Merupakan sekolah unik yang digagas oleh John Hardy,desainer dan pengusaha perhiasan. Berdiri pada tahun 2008 silam dengan duakurikulum ternamanya : Green Studies dan Creative Art.Dalam proses pengajarannya, mereka memiliki dua kontribusi penting : kesadaran akan lingkungan global serta perspektif khususnya mengenai isu - isu sosial dan budaya. Tahun 2008, diinformasikan bahwa untuk dapat menyekolahkan anak-anak ke sana, diperlukan sekitar $9.500 /tahun. John Hardy menjelaskan bahwa ide dasar pembangunan sekolah di atasareal seluas 8 hektar itu adalah untuk menerapkan Ajaran Trihita Karana. Olehkarena itu, tidak ada bahan buatan pabrik atau zat kimia yang dipergunakan disekolah ini. Merokok pun tidak diperkenankan.


Arsitektur vernakular
Arsitektur vernakular adalah arsitektur yang terbentuk dari proses yang berangsur lama dan berulang-ulang sesuai dengan perilaku, kebiasaan, dan kebudayaan di tempat asalnya. Vernakular, berasal dari vernacullus yang berarti lokal, pribumi. Pembentukan arsitektur berangsur dengan sangat lama sehingga sikap bentuknya akan mengakar. Latar belakang indonesia yang amat luas dan memiliki banyak pulau menyebabkan perbedaan budaya yang cukup banyak dan arsitektur merupakan salah satu parameter kebudayaan yang ada di indonesia karena biasanya arsitektur terkait dengan sistem sosial, keluarga, sampai ritual keagamaan.
Sejarah Arsitektur Vernakular
Di Indonesia, berbagai jenis rumah tradisional dianggap sebagai tradisi vernakular Indonesia dan dipercaya memiliki kesamaan asal muasal dari tradisi pembangunan kuno. Hal ini terutama dirujukkan pada tradisi arsitektur Austronesia yang dipandang sebagai bagian yang tak terpisahkan dari ekspansi budaya Austronesia. Asal muasal dari tradisi arsitektur ini dapat dirunut kembali hingga budaya manusia kuno yang mendiami daerah pantai dan sungai-sungai Cina Selatan dan Vietnam Utara kurang lebih 4000 tahun SM. Pada masa itu, kelompok-kelompok masyarakat melakukan migrasi dan diperkirakan memiliki kesamaan tradisi arsitektur yang dinamai dengan tradisi arsitektur Austronesia, dan sebagai konsekuensinya, maka hampir di seluruh kepulauan Indonesia rumah tradisional yang merupakan warisan arsitektur vernakular memiliki kesamaan bentuk, baik dari bentuk bangunan serta dari bentuk morfologis struktur dasarnya.
Bentuk struktur dan fitur morfologis rumah-rumah tradisional Indonesia terdiri atas dua macam, yaitu rumah tradisional yang dibangun berdasarkan prinsip tipikal tradisi arsitektural Austronesia kuno yaitu: struktur kotak yang didirikan di atas tiang fondasi kayu, dapat ditanam kedalam tanah atau diletakkan di atas permukaan tanah dengan fondasi batu, lantai panggung, atap miring dengan jurai yang diperpanjang dan bagian depan atap yang condong mencuat keluar. Sedangkan di bagian timur kepulauan Indonesia banyak tipe rumah tradisional digolongkan sebagai bagian dari tradisi arsitektur vernakular, dimana pada bentuk bangunannya biasanya memiliki: lantai berbentuk lingkaran dan berstruktur atap kerucut tinggi seperti bentuk sarang tawon atau struktur atap berbentuk kubah elips.
Rumah tradisional di seluruh kepulauan nusantara, baik yang berbentuk kotak maupun yang berstruktur atap kubah, biasanya dibangun dengan kayu dan material alami lainnya seperti bambu, daun palem, rumput, dan serat yang semuanya diambil langsung dari lingkungan alaminya. Selain itu, rumah dibangun oleh penghuninya sendiri atau masyarakat yang kadang dibantu oleh pengrajin terlatih atau dibawah petunjuk pengawas bangunan yang berpengalaman atau keduanya. Berbeda dengan konstruksi fisiknya, rumah tradisional di seluruh kepulauan nusantara memiliki kesamaan ciri dalam terminologi makna simbolik yang dikandung oleh rumah, dimana ukuran dan bentuk rumah mengindikasikan tingkat sosial dan status dari pemiliknya didalam masyarakat. Rumah juga sering dipandang sebagai tempat bersemayam nenek moyang dan digunakan sebagai tempat ritual dan upacara untuk menghormati mereka, dan juga digunakan saebgai tempat penyimpanan benda-benda pusaka nenek moyang. Ciri penting umum lainnya adalah penggunaan berbagai jenis oposisi polar dalam ruang, seperti depan dan belakang, timur dan barat, kiri dan kanan, serta dalam dan luar yang disesuaikan dengan pembedaan kelas diantara berbagai kelompok sosial masyarakat kesukuan secara umum.

Beberapa Kategori Tradisi Vernakular Arsitektur di Indonesia
Masyarakat yang mendiami daerah pedalaman, terutama di pegunungan mempunyai tradisi yang bila dilihat dari perspektif sejarah kebudayaannya dianggap lebih tua dibandingkan dengan masyarakat yang tinggal di dataran rendah atau area pantai. Bangunan tradisional yang dibangun oleh masyarakat yang tinggal dipedalaman dianggap memperlihatkan kemiripan yang lebih besar dengan tradisi arsitektural dan ragam bangunan Austronesia dan dengan tradisi yang tergambar di Candi Borobudur di Jawa Tengah daripada masyarakat yang tinggal di daerah dataran rendah dan di pantai. Rumah tradisional yang dibangun oleh masyarakat Toraja di Sulawesi selatan dan masyarakat Batak yang tinggal di Sumatra Utara dipandang sebagai bentuk rumah tradisional yang lekat dengan tradisi arsitektur vernakular dari nenek moyang mereka. Masyarakat Aceh di Sumatra Utara, masyarakat Baduy dan Tengger di Pulau Jawa, masyarakat Bali Aga (Bali Mula) di Bali, dan masyarakat Dayak di Pulau Kalimantan, serta beberapa masyarakat dikepulauan Indonesia Timur juga dianggap sebagai ‘masyarakat kuno’, akan tetapi, rumah tradisional mereka jika dari sudut pandang kebudayaan, sebenarnya termasuk dalam tradisi arsitektur asing yang muncul di kepulauan Indonesia yang merupakan bagian dari ekspansi Hindu-Buddha, Islam, dan Eropa.
Oleh karena itu, ada beberapa kategori tradisi vernakular arsitektur dan langggam bangunan Indonesia, yaitu:
  • Bangunan tradisional yang dibangun berdasar tradisi kuno Austronesia
Rumah tradisional Indonesia saat ini yang merupakan contoh rumah yang mempunyai karakter dasar dan fitur tradisi dari arsitektur vernakular yang masih kuat dapat ditemukan dibeberapa daerah pedalaman di berbagai pelosok Nusantara, seperti dapat dilihat pada rumah Batak dan rumah Tongkonan Toraja, keduanya memiliki beberapa perbedaan yang umumnya tampak bahwa rumah-rumah ini dibangun dengan mengikuti tradisi arsitektur vernakuler kuno dan langgam bangunan Austronesia sebelum adanya tradisi dan langgam bangunan Hindu-Budha, Islam, dan kolonial Belanda.
ARSITEKTUR VERNAKULAR SUMBA, APRESIASI BUDAYA PULAU SERIBU MENARA
Berbicara tentang Sumba pasti selalu dikaitkan dengan Kuda sandalwood-nya yang terkenal, namun disini saya tidak ingn berbicara tentang kuda Sumba, apalagi soal susu kuda liarnya.
Description: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgJhdpjhJWglPj9BItmbPpeMAQ6ki6YOGpjVEYhAthCe9gOiRQbb8xFF7jAYkbIWUXRhIp6A1l6orhUIIhPOJyzLlq2Dnz7qUxmNH6nxLyFC9CMRV1r0ZhMxbnsYjFTV5w5D2K7xMKRhnOq/s320/httpjoup.coan-island-not-a-dance.jpg
foto : joup.coan-island-not-a-dance.jpg
Arsitektur Vernacular Sumba sangat menarik karena salah satu daya tarik Sumba buat saya adalah hamparan menara – menara rumah sumba yang terlihat berderet dan menjulang dari kota hingga seluruh pelosok, dari pesisir, lembah dan padang terbuka hingga puncak-puncak bukit. Sebuah pemandangan yang mungkin bagi orang lain adalah hal yang biasa saja tapi menurut saya ini sesuatu yang sangat menakjubkan, sebuah hasil karya dari sebuah kebudayaan yang telah berumur ratusan bahkan mungkin ribuan tahun yang masih bisa dipertahankan. Bagi saya inilah PULAU SERIBU MENARA, sebuah julukan lain yang pantas untuk PULAU SANDALWOOD.

Description: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjXiG5-wiCGJJzRqVqC9BW8ndx2_Fco210Uqbm-W0Ijsj1MhDzHs7xRblHgNOFGmpjiazJvn5uoGd_06ESZDcfQoT8a6vlY-cuT1IpZ-hRQFM2ZEzjfkoj-YYansaqVw30XGRMbp385MPHq/s320/httpparaimajangga.blogspot.com.jpg
                                          foto : :paraimajangga.blogspot.com.jpg
Tentu bagi mereka yang  awam dengan arsitektur istilah Vernakular masih terasa asing, berbeda dengan mereka yang bergelut dalam bidang arsitektur  istilah tersebut sudah sangat familiar karena merupakan bagian dari pengetahuan yg diperoleh di bangku kuliah, apalagi bagi mereka yang mendalami aliran  arsitektur purna modern. sebelum saya menceriterakan sedikit tentang arsitektur vernakular sumba ada baiknya jika saya menjelaskan secara singkat apa istilah arsitektur vernacular tersebut.
Description: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjfzH_8mWipOLthQCR4fZwSyV97yYL9mKpLEEeqyXBaXcmcp8WpaUzb5NM66Y2Dpemc78TCI8TRmBi2_KQSUamYcYFDyZxY8XcHAmhqqTAB10HGT3jSB1tBcGveTGd9YOxXUH6Ocszbq0IU/s320/traditional_sumbaneese_houses_sumba_island_lesser_sunda_islands_republic_of_indonesia_southeast_X3H-1306375.jpg
                                          foto : sumbaadventure.comgallery.html.jpg
Turan Mete, Vernacular Architecture, 1990., menyebutkan Arsitektur vernakular adalah arsitektur yang tumbuh dan berkembang dari arsitektur rakyat yang lahir dari masyarakat etnik dan berakar pada tradisi etnik, serta dibangun oleh tukang berdasarkan pengalaman (trial and error), menggunakan teknik dan material lokal serta merupakan jawaban atas setting lingkungan tempat bangunan tersebut berada dan selalu membuka untuk terjadinya transformasi.
Menurut Sonny Susanto,  dosen arsitek pada Fakultas Teknik Universitas Indonesia mengatakan bahwa arsitektur vernakular merupakan bentuk perkembangan dari arsitektur tradisional, yang mana arsitektur tradisional masih sangat lekat dengan tradisi yang masih hidup, tatanan kehidupan masyarakat, wawasan masyarakat serta tata laku yang berlaku pada kehidupan sehari-hari masyarakatnya secara umum.

Sejarah Arsitektur Vernakular Sumba 

Dalam berbagai tulisan dan penelitian tentang rumah Sumba dikatakan  jika pembangunan rumah sumba dipercaya merujuk pada tradisi arsitektur Austronesia, sebagai bagian yang tak terpisahkan dari ekspansi budaya Austronesia yg mempengaruhi hampir seluruh rumah tradisional di Indonesia. Pengaruh tradisi Austronesia pada berbagai rumah tradisional di Indonesia adalah memiliki kesamaan bentuk, baik dari bentuk bangunan serta dari bentuk morfologis struktur dasarnya dimana terdiri atas dua macam, yaitu rumah tradisional yang dibangun berdasarkan prinsip tipikal tradisi arsitektural Austronesia kuno yaitu: struktur kotak yang didirikan di atas tiang fondasi kayu, dapat ditanam kedalam tanah atau diletakkan di atas permukaan tanah dengan fondasi batu, lantai panggung, atap miring dengan jurai yang diperpanjang dan bagian depan atap yang condong mencuat keluar [artikel ’The House in Indonesia’, Peter Nas]. Sedangkan di bagian timur kepulauan Indonesia banyak tipe rumah tradisional digolongkan sebagai bagian dari tradisi arsitektur vernakular, dimana pada bentuk bangunannya biasanya memiliki: lantai berbentuk lingkaran dan berstruktur atap kerucut tinggi seperti bentuk sarang tawon atau struktur atap berbentuk kubah elips [Ade Sahroni ,Puslitbang Arkenas].

Description: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgVxWxAf6DOvHIJ_VV1rkxony4vCtMzZ67vevAkd9pIIGtLSLgY7rMG0IiFF6WdpfauoW-Z9M1jMjV7LL79cYYRaxsg6dK4JqcX3dz9zOB48RMIRjVeGAa-hV_k1GN02mQLkgDnwXVeBEo1/s400/httpwww.sumbaadventure.comgallery.html.jpg                                           
foto : sumbaadventure.comgallery.html

Bahan dan Sistem Struktur
 
Bahan utama yang digunakan adalah material yang diambil langsung dari lingkungan alaminya antara lain kayu, bambu, alang-alang, tali hutan/rotan, dan serat tanaman lainnya. Kayu  secara dominan sebagai struktur utama rangka bangunan, digunakan sebagai tiang (kolom) penyangga. struktur rangka utama rumah Sumba adalah pada empat buah tiang utama (pari’i) yang berada pada bagian tengah bangunan sebagai inti strukturnya. Keempat tiang tersebut diletakkan diatas batu sebagai tumpuan sendi.
Description: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgNeFNVkHjwOzyDwR7bmHGV2Zjnge7NBpGPKYvf3SMbTLj1y9nrYdo1ZrCU_NoSbzs0e0rCnJ_idhe1SX6ObLCbNM2SBEF25B0bzUZheH6F0gq9kX7dHNPef9pSBLT0f4eDpKOYRoACZjoT/s400/httptheproffmag.comwp-contentuploads201204Sumba-Photograph-by-Yori-Antar-46.jpgSumba-Photograph-by-Yori-Antar-46.jpg
               foto : theproffmag.com-Sumba-Photograph-by-Yori-Antar-46.jpg

Kayu yang digunakan sebagai tiang utama adalah jenis kayu tertentu berusia puluhan hingga ratusan tahun yang diperoleh dari hutan, yang dimensinya disesuaikan dengan besar atau kecilnya rumah yang akan dibangun, Untuk lantai, bale-bale, dinding serta rangka atap digunakan bambu, sedangkan penutup atap menggunakan alang-alang.

Description: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEicNhiCMQHXkPDLpQhyJTnXh6WFWLu6dfxl3liTDXMJMOnsbjWC1lDps0uhxYQRzyBKBgZqjGKMKG7ElsX_m57azgTNnE3YOHesMKWyOlGd6OOwINjg__SoT8T9UW2kGg6ClWtXE2M84Txt/s320/httpfarm8.static.flickr.com72347372195752_8c5947c3d2.jpg.jpg

                                          foto : farm8.static.flickr.com.jpg
Bahan pengikat dan penyambungan seluruh element struktur menggunakan tali hutan/rotan atau serat pohon,.
Description: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiCk4KQRNfVlivgt19Wxsi5r4hbxTAy5_vgIQvxwn36TZtpLYJqZ6G5ctJHFAEeRJ8yUClfjxaLxhgR6hUi3XuFse2jYthwVTvha2JeV_mfjN05mBbvtXeFQbvHqp6IFhYZT7m0iDkoZLIV/s320/httppics.lockerz.coms148619384.jpg
                                          foto : pics.lockerz.com
fungsi

Bagi masyarakat sumba rumah bukan saja berfungsi sebagai tempat perlindungan dari cuaca yg ektrem (shelter), namun  lebih dari itu rumah dipandang sebagai tempat bersemayam nenek moyang sebagai tempat melaksanakan ritual dan upacara Marapu (kepercayaan asli masyarakat sumba) untuk menghormati arwah nenek moyang, serta sebagai tempat penyimpanan benda-benda pusaka nenek moyang yang dikeramatkan, juga untuk menyimpan persediaan bahan makan (bibit tanaman).

Pola tata ruang

System tata ruang dalam rumah Sumba dapat dibagi atas tata ruang vertical dan horizontal, secara vertical rumah Sumba dibagi atas tiga, dimana pada ruang paling bawah (kolong) merupakan tempat untuk hewan ternak peliharaan, pada bagian diatas kolong  adalah tempat buat penghuninya, dan pada bagian atas (loteng/menara) adalah untuk menyimpan benda pusaka/keramat. Secra horizontal ruang-ruang utama terdiri dari katonga sebagai tempat menerima tamu, koro sebagai kamar tidur, rabuka tempat memasak/perapian yg terletak di tengah bangunan. Sedangkan pola sirkulasi dalam bangunan menggunakan dua buah pintu yang semuanya berada pada sisi depan rumah dimana pintu pada sebelah kiri merupakan pintu yang hanya boleh dilewati oleh kaum lelaki/tamu, sedangkan sisi yang lainnya adalah pintu untuk kaum wanita. Rumah Sumba tidak memiliki Jendela

Letak dan Pola Tata Massa

Rumah sumba umumnya ditemukan dalam kelompok perkampungan, dimana rumah-rumah dalam kampung tersebut adalah  kumpulan dari satu atau beberapa sub suku (kabihu), yang memiliki sub bahasa dan dialektika yang sama. Perkampungan Sumba tersebar dan terletak sesuai kondisi goegrafis dimana kampung tersebut berada, baik itu di tanah lapang/ padang, pucak bukit ataupun di lembah, di daerah pedalaman maupun di pesisir pantai.
Description: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhh4OXrZ3ZISqGikTRbM4Aqu4d6IzAw3b1Xvd3InYQmxaN6IQJmA9P3SwjMLu5t7NFxzezUK5A_xbvD5ePBDVtfVFLTCSftqBvj6emxRpiyleUKNPgxMB1gW8vE3EQ6dSN6IJCH93j9e_lk/s400/httpwww.lomboktravelagent.compaket-wisata-pulau-sumba-5-hari.htm.jpg
httpwww.lomboktravelagent.com
Pola tata massa rumah Sumba diatur secara linier dan berada dalam  pagar batas dari susunan batu tanpa perekat/pengikat yang tingginya bervariasi.  Memiliki satu atau dua pintu masuk yang disesuaikan dengan kondisi geografis dan aktifitasnya. setiap bangunan berorientasi pada sebuah ruang terbuka bersama yang digunakan sebagai area public atau dalam bahasa Sumba dikenal dengan istilah Natara, dimana pada area ini sering digunakan sebagai salah satu tempat upacara/ritual adat atau sebagai tempat meletakkan batu kubur.

Referensi :
http://id.wikipedia.org/wiki/Arsitektur_vernakular