Sebanyak 29 negara yang
mewakili lebih dari setengah total penduduk dunia pada saat itu mengirimkan
wakilnya. Konferensi ini merefleksikan apa yang mereka pandang sebagai
ketidakinginan kekuatan-kekuatan Barat untuk mengkonsultasikan dengan mereka
tentang keputusan-keputusan yang memengaruhi Asia pada masa Perang Dingin;
kekhawatiran mereka mengenai ketegangan antara Republik Rakyat Tiongkok dan Amerika
Serikat; keinginan mereka untuk membentangkan fondasi bagi hubungan yang damai
antara Tiongkok dengan mereka dan pihak Barat; penentangan mereka terhadap
kolonialisme, khususnya pengaruh Perancis di Afrika Utara dan kekuasaan
kolonial perancis di Aljazair; dan keinginan Indonesia untuk mempromosikan hak
mereka dalam pertentangan dengan Belanda mengenai Irian Barat.
Sepuluh poin hasil pertemuan
ini kemudian tertuang dalam apa yang disebut Dasasila
Bandung, yang berisi tentang "pernyataan mengenai dukungan
bagi kerusuhan dan kerjasama dunia". Dasasila Bandung ini memasukkan
prinsip-prinsip dalam Piagam PBB dan prinsip-prinsip Nehru.
Konferensi Asia Afrika
Konferensi Asia Afrika Berakhirnya Perang Dunia I membawa
pengaruh terhadap bangsa-bangsa Asia dan Afrika untuk memperoleh kemerdekaan
dan mempertahankan kemerdekaan. Di samping itu juga ditandai dengan munculnya
dua kekuatan ideologis, politis, dan militer termasuk pengembangan senjata
nuklir. Negara Republik Indonesia dalam menyelenggarakan kehidupan
bermasyarakat dan bernegara selalu berlandaskan pada Pancasila dan UUD 1945.
Salah satu bentuk penyelenggaraan kehidupan bernegara adalah menjalin kerja
sama dengan negara lain. Kebijakan yang menyangkut hubungan dengan negara lain
terangkum dalam kebijakan politik luar negeri. Oleh karena itu, pelaksanaan
politik luar negeri Indonesia juga harus berdasarkan Pancasila dan UUD
1945.Indonesia mencetuskan gagasannya untuk menggalang kerja sama dan
solidaritas antarbangsa dengan menyelenggarakan KAA.
Latar Belakang Pelaksanaan Konferensi Asia Afrika
Politik
luar negeri Indonesia adalah bebas aktif. Bebas, artinya bangsa Indonesia tidak
memihak pada salah satu blok yang ada di dunia. Jadi, bangsa Indonesia berhak
bersahabat dengan negara mana pun asal tanpa ada unsur ikatan tertentu. Bebas
juga berarti bahwa bangsa Indonesia mempunyai cara sendiri dalam menanggapi
masalah internasional. Aktifberarti bahwa bangsa Indonesia secara aktif ikut
mengusahakan terwujudnya perdamaian dunia. Negara Indonesia memilih sifat
politik luar negerinya bebas aktif sebab setelah Perang Dunia II berakhir di
dunia telah muncul dua kekuatan adidaya baru yang saling berhadapan, yaitu
negara Amerika Serikat dan Uni Soviet. Amerika Serikat memelopori berdirinya
Blok Barat atau Blok kapitalis (liberal), sedangkan Uni Soviet memelopori
kemunculan Blok Timur atau blok sosialis (komunis).
Dalam
upaya meredakan ketegangan dan untuk mewujudkan perdamaian dunia, pemerintah
Indonesia memprakarsai dan menyelenggarakan Konferensi Asia Afrika. Usaha ini
mendapat dukungan dari negara-negara di Asia dan Afrika. Bangsa-bangsa di Asia
dan Afrika pada umumnya pernah menderita karena penindasan imperialis Barat.
Persamaan nasib itu menimbulkan rasa setia kawan. Setelah Perang Dunia II
berakhir, banyak negara di Asia dan Afrika yang berhasil mencapai kemerdekaan,
di antaranya adalah India, Indonesia, Filipina, Pakistan, Burma (Myanmar), Sri
Lanka, Vietnam, dan Libia. Sementara itu, masih banyak pula negara yang berada
di kawasan Asia dan Afrika belum dapat mencapai kemerdekaan. Bangsa-bangsa di
Asia dan Afrika yang telah merdeka tidak melupakan masa lampaunya. Mereka tetap
merasa senasib dan sependeritaan. Lebih-lebih apabila mengingat masih banyak
negara di Asia dan Afrika yang belum merdeka. Rasa setia kawan itu dicetuskan
dalam Konferensi Asia Afrika. Sebagai cetusan rasa setia kawan dan sebagai
usaha untuk menjaga perdamaian dunia, pelaksanaan Konferensi Asia Afrika
mempunyai arti penting, baik bagi bangsa-bangsa di Asia dan Afrika pada
khususnya maupun dunia pada umumnya.
Prakarsa
untuk mengadakan Konferensi Asia Afrika dikemukakan pertama kali oleh Perdana
Menteri RI Ali Sastroamijoyo yang kemudian mendapat dukungan dari negara India,
Pakistan, Sri Lanka, dan Burma (Myanmar) dalam Konferensi Colombo.
Konferensi Pendahuluan
Sebelum
Konferensi Asia Afrika dilaksanakan, terlebih dahulu diadakan konferensi
pendahuluan sebagai persiapan. Konferensi pendahuluan tersebut, antara lain sebagai
berikut.
Konferensi Kolombo (Konferensi Pancanegara I)
Konferensi pendahuluan yang pertama diselenggarakan di
Kolombo, ibu kota negara Sri Lanka pada tanggal 28 April–2 Mei 1954. Konferensi
dihadiri oleh lima orang perdana menteri dari negara sebagai berikut.
- Perdana Menteri Pakistan : Muhammad Ali Jinnah
- Perdana Menteri Sri Lanka : Sir John Kotelawala
- Perdana Menteri Burma (Myanmar) : U Nu
- Perdana Menteri Indonesia : Ali Sastroamijoyo
- Perdana Menteri India : Jawaharlal Nehru
Konferensi
Kolombo membahas masalah Vietnam, sebagai persiapan untuk menghadapi Konferensi
di Jenewa. Di samping itu Konferensi Kolombo secara aklamasi memutuskan akan
mengadakan Konferensi Asia Afrika dan pemerintah Indonesia ditunjuk sebagai
penyelenggaranya. Kelima negara yang wakilnya hadir dalam Konferensi Kolombo
kemudian dikenal dengan nama Pancanegara. Kelima negara itu disebut sebagai
negara sponsor. Konferensi Kolombo juga terkenal dengan nama Konferensi
Pancanegara I.
Konferensi Bogor (Konferensi Pancanegara II)
Konferensi
pendahuluan yang kedua diselenggarakan di Bogor pada tanggal 22–29 Desember
1954. Konferensi itu dihadiri pula oleh perdana menteri negara-negara peserta
Konferensi Kolombo. Konferensi Bogor memutuskan hal-hal sebagai berikut.
- Konferensi Asia Afrika akan diselenggarakan di
Bandung pada bulan 18-24 April 1955.
- Penetapan tujuan KAA dan menetapkan negara-negara
yang akan diundang sebagai peserta Konferensi Asia Afrika.
- Hal-hal yang akan dibicarakan dalam Konferensi
Asia Afrika.
- Pemberian dukungan terhadap tuntutan Indonesia
mengenai Irian Barat.
Konferensi
Bogor juga terkenal dengan nama Konferensi Pancanegara II.
Pelaksanaan Konferensi Asia Afrika
Sesuai
dengan rencana, Konferensi Asia Afrika diselenggarakan di Bandung pada tanggal
18–24 April 1955. Kon-ferensi Asia Afrika dihadiri oleh wakil-wakil dari 29
negara yang terdiri atas negara pengundang dan negara yang diundang.
- Negara pengundang meliputi Indonesia, India,
Pakistan, Sri Lanka, dan Burma (Myanmar).
- Negara yang diundang 24 negara terdiri atas 6
negara Afrika dan 18 negara meliputi Asia (Filipina, Thailand, Kampuchea,
Laos, RRC, Jepang, Vietnam Utara, Vietnam Selatan, Nepal, Afghanistan,
Iran, Irak, Saudi Arabia, Syria (Suriah), Yordania, Lebanon, Turki,
Yaman), dan Afrika (Mesir, Sudan, Etiopia, Liberia, Libia, dan Pantai
Emas/Gold Coast).
Negara
yang diundang, tetapi tidak hadir pada Konferensi Asia Afrika adalah
Rhodesia/Federasi Afrika Tengah. Ketidakhadiran itu disebabkan Federasi Afrika
Tengah masih dilanda pertikaian dalam negara/dikuasai oleh orang-orang Inggris.
Semua persidangan Konferensi Asia Afrika diselenggarakan di Gedung Merdeka,
Bandung.
Latar belakang dan dasar pertimbangan diadakan KAA
adalah sebagai berikut.
- Kenangan kejayaan masa lampau dari beberapa
negara di kawasan Asia-Afrika.
- Perasaan senasib sepenanggungan karena sama-sama
merasakan masa penjajahan dan penindasan bangsa Barat, kecuali Thailand.
- Meningkatnya kesadaran berbangsa yang dimotori
oleh golongan elite nasional/terpelajar dan intelektual.
- 4) Adanya Perang Dingin antara Blok Barat dengan
Blok Timur.
- Memiliki pokok-pokok yang kuat dalam hal bangsa,
agama, dan budaya.
- Secara geografis letaknya berdekatan dan saling
melengkapi satu sama lain.
Tujuan diadakannya Konferensi Asia Afrika, antara
lain:
- memajukan kerja sama bangsa-bangsa di Asia dan
Afrika dalam bidang sosial, ekonomi, dan kebudayaan;
- memberantas diskriminasi ras dan kolonialisme;
- memperbesar peranan bangsa Asia dan Afrika di
dunia dan ikut serta mengusahakan perdamaian dunia dan kerja sama
internasional.
- bekerja sama dalam bidang sosial, ekonomi, dan
budaya,
- membicarakan masalah-masalah khusus yang
menyangkut kepentingan bersama seperti kedaulatan negara, rasionalisme,
dan kolonialisme.
Konferensi
Asia Afrika membicarakan hal-hal yang menyangkut kepentingan bersama
negara-negara di Asia dan Afrika, terutama kerja sama ekonomi dan kebudayaan,
serta masalah kolonialisme dan perdamaian dunia. Kerja sama ekonomi dalam
lingkungan bangsa-bangsa Asia dan Afrika dilakukan dengan saling memberikan
bantuan teknik dan tenaga ahli. Konferensi berpendapat bahwa negara-negara di
Asia dan Afrika perlu memperluas perdagangan dan pertukaran delegasi dagang.
Dalam konferensi tersebut ditegaskan juga pentingnya masalah perhubungan
antarnegara karena kelancaran perhubungan dapat memajukan ekonomi. Konferensi juga menyetujui penggunaan
beberapa organisasi internasional yang telah ada untuk memajukan ekonomi.
Konferensi Asia Afrika menyokong sepenuhnya prinsip dasar hak asasi manusia
yang tercantum dalam Piagam PBB. Oleh karena itu, sangat disesalkan masih
adanya rasialisme dan diskriminasi warna kulit di beberapa negara. Konferensi
mendukung usaha untuk melenyapkan rasialisme dan diskriminasi warna kulit di mana
pun di dunia ini. Konferensi
juga menyatakan bahwa kolonialisme dalam segala bentuk harus diakhiri dan
setiap perjuangan kemer-dekaan harus dibantu sampai berhasil. Demi perdamaian
dunia, konferensi mendukung adanya perlucutan senjata. Juga diserukan agar
percobaan senjata nuklir dihentikan dan masalah perdamaian juga merupakan
masalah yang sangat penting dalam pergaulan internasional. Oleh karena itu,
semua bangsa di dunia hendaknya menjalankan toleransi dan hidup berdampingan
secara damai. Demi perdamaian pula, konferensi menganjurkan agar negara yang
memenuhi syarat segera dapat diterima menjadi anggota PBB.
Konferensi
setelah membicarakan beberapa masalah yang menyangkut kepentingan negara-negara
Asia Afrika khususnya dan negara-negara di dunia pada umumnya, segera mengambil
beberapa keputusan penting, antara lain:
- memajukan kerja sama bangsa-bangsa Asia Afrika di
bidang sosial, ekonomi, dan kebudayaan;
- menuntut kemerdekaan bagi Aljazair, Tunisia, dan
Maroko;
- mendukung tuntutan Indonesia atas Irian Barat dan
tuntutan Yaman atas Aden;
- menentang diskriminasi ras dan kolonialisme dalam
segala bentuk;
- aktif mengusahakan perdamaian dunia.
Selain
menetapkan keputusan tersebut, konferensi juga mengajak setiap bangsa di dunia
untuk menjalankan beberapa prinsip bersama, seperti:
- menghormati hak-hak dasar manusia, tujuan, serta
asas yang termuat dalam Piagam PBB;
- menghormati kedaulatan dan integritas teritorial
semua bangsa;
- mengakui persamaan ras dan persamaan semua
bangsa, baik bangsa besar maupun bangsa kecil;
- melakukan intervensi atau ikut campur tangan
dalam persoalan dalam negeri negara lain;
- menghormati hak-hak tiap bangsa untuk
mempertahankan diri, baik secara sendirian maupun secara kolektif sesuai
dengan Piagam PBB;
- a) tidak menggunakan peraturan-peraturan dari
pertahanan kolektif untuk bertindak bagi kepentingan khusus salah satu
negara besar; b) tidak melakukan tekanan terhadap negara lain;
- tidak melakukan tindakan atau ancaman agresi
ataupun penggunaan kekerasan terhadap integritas teritorial atas kemerdekaan
politik suatu negara;
- menyelesaikan segala perselisihan internasional
secara damai sesuai dengan Piagam PBB;
- memajukan kepentingan bersama dan kerja sama
internasional;
- menghormati hukum dan kewajiban internasional
lainnya.
Kesepuluh
prinsip yang dinyatakan dalam Konferensi Asia Afrika itu dikenal dengan nama
Dasasila Bandung atau Bandung Declaration.
Pengaruh Konferensi Asia Afrika bagi Solidaritas dan
Perjuangan Kemerdekaan Bangsa di Asia dan Afrika
Konferensi
Asia Afrika membawa pengaruh yang besar bagi solidaritas dan perjuangan
kemerdekaan bangsa di Asia dan Afrika. Pengaruh Konferensi Asia Afrika adalah
sebagai berikut.
- Perintis dalam membina solidaritas bangsa-bangsa
dan merupakan titik tolak untuk mengakui kenyataan bahwa semua bangsa di dunia
harus dapat hidup berdampingan secara damai.
- Cetusan rasa setia kawan dan kebangsaan
bangsa-bangsa Asia Afrika untuk menggalang persatuan.
- Penjelmaan kebangkitan kembali bangsa-bangsa di
Asia dan Afrika.
- Pendorong bagi perjuangan kemerdekaan
bangsa di dunia pada umumnya serta di Asia dan Afrika khususnya.
- Memberikan pengaruh yang besar terhadap
perjuangan bangsa-bangsa di Asia dan Afrika dalam mencapai kemerdekaannya.
- Banyak negara-negara Asia-Afrika yang merdeka
kemudian masuk menjadi anggota PBB.
Selain
membawa pengaruh bagi solidaritas dan perjuangan kemerdekaan bangsa di Asia dan
Afrika, Konferensi Asia Afrika juga menimbulkan dampak yang penting dalam
perkembangan dunia pada umumnya. Pengaruh atau dampak itu, antara lain sebagai
berikut.
- Konferensi Asia Afrika mampu menjadi pene
ngah dua
blok yang saling berseteru sehingga dapat mengurangi
ketegangan/détenteakibat Perang Dingin dan mencegah terjadinya perang
terbuka.
- Gagasan Konferensi Asia Afrika berkembang lebih
luas lagi dan diwujudkan dalam Gerakan Non Blok.
- Politik bebas aktif yang dijalankan Indonesia,
India, Burma (Myanmar), dan Sri Lanka tampak mulai diikuti oleh
negara-negara yang tidak bersedia masuk Blok Timur ataupun Blok Barat.
- Belanda cemas dalam menghadapi kelompok Asia
Afrika di PBB sebab dalam Sidang Umum PBB, kelompok tersebut mendukung
tuntutan Indonesia atas kembalinya Irian Barat ke pangkuan RI.
- Australia dan Amerika Serikat mulai berusaha
menghapuskan diskriminasi ras di negaranya.
Konferensi
Asia Afrika dan pengaruhnya terhadap solidaritas antarbangsa tidak hanya
berdampak pada negara-negara di Asia dan Afrika, tetapi juga bergema ke seluruh
dunia.
Referensi :
http://id.wikipedia.org/wiki/Konferensi_Asia%E2%80%93Afrika
Tidak ada komentar:
Posting Komentar